Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2022

Bahkan saling suka aja nggak cukup untuk bisa bersama

Gambar
  Lagi-lagi aku egois, ya? Aku terlalu takut untuk menghadapi masa depan. Aku terlalu takut ditinggalkan dan dari sekian banyak yang pergi aku memilih untuk melepasmu sekali lagi. Dengan segala ragu tentang “Akan adakah lagi yang sepertimu?” Bukan untuk membandingkan seseorang yang nanti bersamaku denganmu. Bahkan aku ragu apakah aku masih bisa menemukan lelaki setulus kamu? Adakah lagi yang lihai meredam ego dan riuhnya isi kepalaku? Denganmu aku tidak menyiapkan plan B karena aku terlalu takut menerka-nerka. Aku selalu berharap kita baik-baik saja meski akhirnya kita tiba di persimpangan. Dan sekali lagi di persimpangan jalan kita hanya saling pandang. Masih terlalu enggan untuk melambaikan tangan. Masih terlalu berat untuk meninggalkan. Masih terlalu takut untuk kehilangan.               Bahkan saling suka aja nggak cukup untuk bisa bersama, ya. 

Aku melepasmu. Lagi

Gambar
  Dan, ya. Aku melepasmu lagi. Lagi-lagi di saat terburukku aku memilih untuk melepasmu. Maaf karena lagi-lagi harus menciptakan rasa senang yang kini hanya bisa dikenang. Kamu marah padaku? Justru aneh jika kamu tidak membenciku sedikitpun. Aku saja membenci diriku sendiri. Aku benci karena aku harus sedewasa itu hingga benar-benar mampu melepaskanmu.             Kamu terlalu baik. Kamu tulus. Aku yang tidak bisa membayangkan sakitnya kamu jika kita terus berjalan semakin jauh. Tidak apa-apa jika karena itu kamu menghindari apapun yang berhubungan denganku. Sangat bisa dimaklumi.             Jangan pernah menyalahkan diri sendiri. Kamu baik. Sampai kapanpun, kamu jadi manusia baik di ceritaku. Arghhh, terlalu banyak yang ingin kutuliskan sampai tak tahu harus mulai dari mana. Intinya kamu baik. Jadi, selalu jadi manusia baik ya. Harus lebih bahagia agar aku tidak menye...

Are you okay? No, I'm not

Gambar
  Semakin sesak. Perasaan kacau itu bersikeras kembali. Harusnya bukan apa-apa lagi karena bukankah aku sudah terbiasa sendiri? Bukankah harusnya bukan apa-apa lagi kalau aku bersedih dan memeluk diriku sendiri? Bukankah biasanya memang seperti itu? Tapi kenapa masih saja terasa sakit? Kenapa masih kecewa padahal sudah menahan diri untuk tidak berharap pada siapa-siapa? Nyatanya terlalu sakit menerima rasa sakitnya kesepian di anatara sekian banyak manusia yang ada. Semenyakitkan itu rasanya sendirian.             Kupikir mudah menjalani kehidupan di mana tidak ada manusia yang ikut campur dalam duniaku. Harus kuakui bahwa memiliki seseorang   untuk bercengkerama, menceritakan banyak hal, mendiskusikan keputusan bersama, adalah hal menyenangkan. Bahkan bisa membuat hidupmu penuh harapan. Tak peduli seberapa jahat dan manipulatifnya dunia, kamu akan selalu bertahan untuk hal-hal sederhana yang bisa dibagikan, menceritakan...