Are you okay? No, I'm not
Semakin
sesak. Perasaan kacau itu bersikeras kembali. Harusnya bukan apa-apa lagi
karena bukankah aku sudah terbiasa sendiri? Bukankah harusnya bukan apa-apa
lagi kalau aku bersedih dan memeluk diriku sendiri? Bukankah biasanya memang
seperti itu? Tapi kenapa masih saja terasa sakit? Kenapa masih kecewa padahal
sudah menahan diri untuk tidak berharap pada siapa-siapa? Nyatanya terlalu
sakit menerima rasa sakitnya kesepian di anatara sekian banyak manusia yang
ada. Semenyakitkan itu rasanya sendirian.
Kupikir mudah menjalani kehidupan di
mana tidak ada manusia yang ikut campur dalam duniaku. Harus kuakui bahwa
memiliki seseorang untuk bercengkerama,
menceritakan banyak hal, mendiskusikan keputusan bersama, adalah hal
menyenangkan. Bahkan bisa membuat hidupmu penuh harapan. Tak peduli seberapa
jahat dan manipulatifnya dunia, kamu akan selalu bertahan untuk hal-hal
sederhana yang bisa dibagikan, menceritakan luka dengan gelak tawa. Sesederhana
itu, aku mau.
Mereka tidak bertanya apa aku
baik-baik saja selama ini? Mereka bahkan tidak tahu aku hampir mati tenggelam
dalam pikiranku sendiri. Bayangan hitam di kepalaku sangat menakutkan. Mereka tidak
menyadari ataupun bertanya bagaimana bisa berat badanku terus menurun disaat
keseharianku hanya makan dan tiduran?
Yang mereka tahu aku suka membuang
waktu dan suka buru-buru. Padahal yang dibilang membuang waktu adalah hari-hari
dimana aku berperang dengan bayangan hitam di kepala agar aku terus menatap
hari esok dengan penuh harap. Padahal yang dibilang aku buru-buru adalah
keputusan final setelah aku begadang di beberapa malam hanya untuk
mendiskusikan beberapa hal dengan diriku sendiri.
Kenapa tidak mencoba berbicara
baik-baik denganku? Bukankah bertahun-tahun hidup bersama harusnya sudah bisa
saling membaca? Tapi kehidupan anak tengah tidak seramah itu. Dia harus mendewasakan
diri dengan perasaan sepi dan sendiri. Harus maklum kalau dia tak jadi
prioritas.
Aku tidak suka melihat semuanya
terlihat baik tapi menyakitkan di mataku. Aku tidak suka dipaksa untuk selalu
baik-baik saja. Aku tidak suka jika harus sama karena aku bukan mereka.
Katanya aku tidak boleh memaksakan
sesuatu. Siapa yang memaksa siapa? Apa menuntut secara halus itu bukan
pemaksaan? Tentu bukan karena apapun yang dilakukan akan selalu dianggap demi
kebaikan.
Komentar
Posting Komentar