100 Hari

Ternyata sudah 100 hari berlalu ya, pak. Masih teringat jelas bagaimana sosok tegas dan hangat itu terbaring lemas dan dingin di depanku. Semoga njenengan selalu diberikan tempat terbaik oleh-Nya. Aamiin.

Ikhlas memang seberat itu ya, pak?! Tapi aku selalu berusaha kok. Masih terus berusaha. Meski entah berapa tahun ke depan pun aku masih saja sering menangis ketika mengingat njenengan. Meski ketika beberapa hal seolah rasanya lebih berat dan aku berpikir bahwa "andai saja bapak masih di sini". Semoga semua usahaku dalam mengikhlaskan tidak memberatkan bapak di sana. Bapak sudah tidak sakit lagi, bapak sudah tenang, bapak sudah dapat tempat yang terbaik, bapak dikumpulkan dengan orang-orang baik, bapak selalu dalam penjagaan-Nya, itu cukup. Biarlah dunia dan isinya yang ramai dan kacau jadi tanggung jawabku. Aku kuat kan, pak. Karena itu Allah memberi takdir ini padaku?!

Rumah tanpa bapak ternyata sedikit berantakan. Rasanya biasa saja waktu bapak masih di sini. Tapi waktu bapak pergi, banyak bagian kosong dan tidak rapi. Ternyata separuh kehidupanku memang tak lepas dari peran bapak. Dan sekarang bagian itu kosong tak bernyawa. Sekarang aku cuma punya ibu yang mati-matian menjaga separuh kehidupanku dengan separuh kehidupannya yang juga terbawa di hari kepergian bapak. Untuk ibu, apapun akan aku usahakan, pak. Kata ibu, kami semua yang tersisa harus saling menguatkan, terus mengusahakan agar esok dapat dikumpulkan kembali di tempat terbaik Nya. Semoga ya, pak.

Anak perempuan tanpa sosok ayah memang berat ya, pak?! Melihat momen bahagia di hari ulang tahun, di wisuda, di pelaminan, yang harusnya membahagiakan saja sedikit terasa ngilu. Melihat postingan tentang ayah di sosial media rasanya semakin menyayat hatiku. Aku ikhlas, tapi aku cengeng. Bapak tau kan, secengeng apa putri kedua bapak yang baperan ini? Masih saja anak cengeng ini menangisi banyak hal. Seperti saat ibu sakit, disepelekan orang, usahaku gagal, marah, sedih, rasanya semua hal bisa membuatku menangis.

Minggu lalu ibu sakit, pak. Rasanya dejavu. Seolah suasana kejadian 100 hari lalu kembali terulang. Bayangan kehilangan yang mencekam seolah berputar kembali di ingatan. Sesak. Ingin menangis tapi aku maunya ibu melihatku selalu kuat.

Bu, yang kuat yaaa. Harus jaga kesehatan. Harus nemenin aku yang lamaaaaaa. Harus nunggu aku sukses, nyenengin ibu, bisa nurutin apapun yang ibu mau. 

Untuk bapak, al fatihah 🤲🏻 

Untuk ibu, semoga sehat selalu, surgaku ♡

Komentar

Postingan populer dari blog ini

I'm luckiest to have you 😸

Merayakanmu 🎂

Ternyata Ada