Sampai kapan?

 


Pas udah ketemu cowo yang seiman, soft spoken, pekerja keras, habis masa nakalnya, tidak gila wanita, tau tidak ujiannya di mana?? 

Iya. Restu.

Entah hanya keluarganya atau bahkan keluargaku pun ragu. Seolah hanya dianggap anak kecil yang masih terjebak cinta monyet saja. Tapi bukankah memang kita belum memikirkan arah kesana?? Entahlah, kita sepakat dengan jalani saja dulu. Padahal pikiran gadis yang usianya menuju 25 ini mati-matian berperang melawan pertanyaan "sampai kapan?" di kepalanya.

Aku tahu perihal "Anak lelaki adalah milik ibunya sampai nanti". Tapi apakah mudah melepaskan seorang lelaki yang mampu menenangkan riuhnya badaiku?? Yang dengan segala kesederhanaannya mampu meredam egoku? Tentu saja mustahil. Meski hari ini seolah bukan hal besar, apakah akan terus berjalan seperti ini?? Lagi-lagi aku bertanya "sampai kapan?"

Iya, benar. Jalannya masih panjang. Sedang aku?? Seperti hilang harapan pada masa depan. Apakah egois untuk meminta tetap bertahan?? Meski hari ini seolah meyakini jalannya dipermudah seiring waktu tapi nyatanya keadaan kami tidak sesederhana itu. Tentang kepercayaan dan tradisi yang mengakar kuat menjadi pilar-pilar kehidupan untuk mengetuk palu atas sebuah hubungan. 

Aku harus apa?? Kalau anak perempuan milik ayahnya, lalu aku yang tak lagi punya ayah milik siapa?? Siapa yang akan menuntun arah?? Entah aku sedang berada di mana dan jalanku menuju kemana, aku tak tahu. Aku sudah lama kehilangan arah. Karena itu ketika ada yang datang menawarkan tumpangan meski tak bertujuan, aku hanya mengangguk setuju. Setidaknya aku masih mengira baik-baik saja sampai pagi tadi. Sebelum ku baca pesan yang seolah meminta paksa aku turun kapal karena aku membawanya ikut hilang arah. Dia tak seharusnya berada di sini. Bersamaku. 

Sudah diputuskan. Kebun bunga yang kami jaga sedang musim semi. Bunganya bermekaran semakin banyak dan beragam. Entah kenapa di tangannya seolah begitu mudah bungaku mekar dan tersipu. Dia memintaku tinggal seolah hari esok bukan hal besar untuk saat ini. Egois tidak kalau aku mengiyakan?? Meski kutahu kapal yang kunaiki akan dicekal suatu hari nanti karena nekat membawaku pergi??

Ahh, menjadi dewasa memang terlalu rumit. Terlalu banyak pertimbangan. Terlalu riskan antara harapan dan kenyataan.

Memang tidak tahu diri tapi untukmu, akan ku usahakan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

I'm luckiest to have you 😸

Merayakanmu 🎂

Ternyata Ada