Kita, cuma bisa sampai sini, ya?
Gara-gara
video isengku di tiktok tentang kamu masuk fyp nih. Padahal sedang iseng mengikuti
trend saja. Harusnya aku lebih pandai mengontrol diri. Sudah tahu tentang kita
dari dulu adalah semu. Rasanya seperti aku berharap ada kita sekali lagi.
Kita sepasang manusia yang
senangnya mengorbankan kesenangan sendiri, menyimpan luka sendiri, enggan
membuat orang lain terbebani. Kita sepasang remaja yang sibuk menyenangkan
manusia lainnya. Kita sepasang muda-mudi yang hampir kehilangan diri sendiri. Kita
sepasang saling yang memaksa diri untuk berpaling.
Bukankah kita harusnya bisa saling
melengkapi karena kita saling memahami? Atau bahkan kita sama-sama penuh luka
hingga kesulitan untuk bisa bersama? Kita yang fakir asmara, tidak banyak tahu
tentang cinta, harus mencari yang bagaimana? Aku maunya kita saling melengkapi
tapi kita sama-sama tak punya apa-apa untuk diri sendiri. Kamu seperti aku di
lain raga. Lantas hanya karena kita banyak sama, kita saling suka, tak ada
jaminan kita bisa bersama.
Kubilang “Jalani saja dulu”, tapi
isi kepala ramai bilang tak mudah untuk kita dapat restu. Bukankah kita pernah
mencoba 6 tahun yang lalu? Bisa tidak, kita kembali ke masa itu saja? Masa di
mana dunia serasa milik berdua, tak peduli orang sekitar berkata apa, tak
peduli bagaimana hari esok, apakah masih bersama atau hanya bisa sesekali
bertegur sapa?
Oh iya, semestaku dan semestamu yang
sekarang tidak sesederhana itu, ya. Maunya egois tapi kita terlalu perasa,
terlalu ingin kedamaian saja meski harus mengabaikan luka. Mereka terlalu
banyak menyuruh buru-buru tapi tak mau tahu bahwa yang kumau cuma kamu. Kamu si
lelaki asing yang ahli membuatku merasa berharga. Lelaki pertama yang membuat
gadis yang hobinya memendam ini ingin menceritakan banyak hal. Kamu yang belum
bisa tergantikan siapapun hingga sekarang.
Sejak 4 tahun berlalu, kita bukan
siapa-siapa. Tidak adakah lagi yang tersisa? Apa rasa rindu ini hanya aku saja
yang punya? Ah, tapi tidak begitu yang
kurasa. Entah kepercayaan diri dari mana yang membuatku yakin bahwa perasaan
kita masih sama. Hanya saja kita lebih pandai untuk menyamarkannya.
Aku pernah ingin jadi yang berharga
untuk seseorang setelah tidak denganmu. Namun aku semakin kehilangan diriku
sendiri. Belum ada yang bisa menerimaku setulus kamu. Bolehkah kalau sekali
lagi aku menaruh sedikit ekspektasi dan alasan bahagiaku? Tapi kita gak
mungkin, ya? Kita cuma bisa sampai sini saja, ya? Kita gak bisa kaya dulu lagi,
ya?
Komentar
Posting Komentar